Tag

, ,

mimbar

Cuma surah Al-Ashr. Tiga ayat pula. Anak SD pun sudah hapal di luar kepala. Plus terjemahannya. Lima belas menit pun pasti kelar. Ustaz Haris membenarkan diri atas keyakinan tersebut. Toh ini cuma khotbah Jumat. Ada setengah jemaah yang tidak ikut tertunduk menopang kantuk pun itu sudah lumayan. Ini khotbah Jumat seperti jumat-jumat lainnya, juga sama seperti kebanyakan tempat. Sudah bagus jika jemaah baru hadir saat azan hampir berakhir. Atau anak-anak yang tidak terlampau gaduh di antara jemaah dewasa yang ikut berkeluh jika ternyata pembacaan khotbah molor sampai lima menit ke depan. Ustaz Haris tahu betul itu. Karena itu pula dipungkaskan segera tugasnya kali ini dengan doa-doa. Serentak para jemaah seperti bersiaga. Menengadah tangan sambil mengumpulkan kesadaran. Jemaah zaman sekarang! Sebuah gerutu tanpa suara.

Sepuluh menit bertolak dari masjid Ustaz Haris sampai pula ke rumah. Disambut rengekan Basuki si bungsu yang terayu oleh aroma wangi dari penjual burger keliling. Sang Ibu yang juga berdiri di situ melirik padanya, seperti sebuah persetujuan sepihak. Amplop dalam saku baju kokonya pun cepat terkoyak.

“Kampret!”

Tentu ini bukan dampratan pada orang-orang di situ. Uang dua puluh ribuan dari dalam amploplah penyebabnnya. Selembar pula. Ini ekspresi yang lebih tinggi dari sekadar geleng-geleng kepala. “Bu, lain kali kalau ada panggilan dari mesjid itu bilang jadwal Bapak sudah penuh!”
Duit segitu bisa buat apa? Pengurus masjid zaman sekarang! Kali ini gerutu itu lebih terdengar

Cirebon, 22 Februari 2013
Bada Jumat

Sumber gambar dari sini